JAWABAN PERTANYAAN SENILAI SATU JUTA DOLAR AS

Akhirnya jawaban dari pertanyaan saya sendiri selama 5 tahun terakhir ini terjawab di Sentul pada Workshop Be-MiMS. Keraguan itu muncul sebegitu lama, terkait dg proses jatuhnya usaha saya karena ‘premature partneship’. Jawaban itu menjadi jelas dan dipaparkan dengan dahsyat dengan segala contoh2nya setelah dipertemukan dengan para sahabat dan diajarkan oleh para coaches kelas dunia dalam Workshop Becoming MASTER in MARKETING & SELLING (BeMiMS) Bulan Agustus 2017 yg lalu.

Sedikit refleksi saja..

Apakah keberanian mandiri, ditengah godaan menjadi karyawan perusahaan besar begitu banyak dan menjanjikan kehidupan yg jauh lebih terlihat nyaman, harus pudar dan kemudian menghilang, karena kita gak bisa mengajarkan kemandirian sebagai pengusaha tanpa mengalami dinamika usaha yg seringkali terlihat mengerikan?

Bagaimana saya harus ajarkan kepada anak saya, bahwa kemandirian sebagai pemahaman atas upaya meniru tuntunan rasullullah itu, berakhir dengan tidak menyenangkan dan kehabisan energi dan resources dalam banyak hal dibandingkan menjadi karyawan perusahaan biasa ?

Sempat saya ragu kenapa berbuat baik kepada karyawan dan banyak orang itu salah, padahal itu didasari nilai-nilai kesetaraan dalam Islam sebagaimana dibahas dalam materi ‘likeable’?

Kenapa berbuat yg baik dan optimal kepada pelanggan itu salah?
Padahal waktu itu pelanggan saya bisa mencapai 10 propinsi dan tersebar di 100 kota, hanya dengan saya seorang sebagai pemilik sekaligus tim marketing, dimana pola referral sudah saya jalankan, bahkan saya bisa mengembangkan ide dan solusi saya hingga 10 tahun di tempat pelanggan yg sama?

Kenapa membantu negara dengan meningkatkan pendapatan negara dengan cara sistematis itu kok terlihat salah?
Padahal dengan penerapan sistim saya, pemerintah bisa meningkatkan pelayanan yg semula hanya mampu melayani hanya 1 juta orang dan dengan sistim yg saya kembangkan bisa melayani lebih dari 10 juta orang, dan sejauh ini malah tim saya diperlakukan sangat baik karena pemerintah dan masyarakat sangat terbantu bahkan hingga saat ini.

Kenapa membantu pemerintah menahan terjadinya korupsi itu salah?
Meskipun tim saya harus menghadapi ancaman nyata sebuah pucuk pistol pada karyawan, karena solusi kami menutupi begitu banyak upaya korupsi dalam pelayanan publik yg selama ini terjadi?

Kenapa memberikan harga solusi yg reasonable dan affordable jauh dibawah kompetitor itu terlihat tidak menguntungkan bagi bangsa ini, padahal solusi yg sejenis di propinsi lain bisa lebih mahal bahkan bisa lebih dari 10 kali lipat?

Kenapa menjadi pembuat solusi aplikasi pelayanan publik terbaik di Indonesia dan gak punya pesaing itu terlihat tidak benar?

Kenapa bisa mengajak banyak temen bergabung di perusahaan dalam upaya memperbaiki kualitas kehidupan malah menghantam diri sendiri?

Kenapa memberikan bagi hasil kepada karyawan dengan nilai yg menyenangkan mereka hingga bertahan lebih dari 10 tahun dalam perusahaan terlihat tidak benar dimata partner?

Ternyata disinilah dalam kelas Workshop Becoming MASTER in MARKETING & SELLING (BeMiMS) ini semuanya terjawab. Tak ada perbedaan antara teori yg ditulis dibuku dan sudah dipraktekkan di banyak perusahaan kelas dunia. Sama sekali tidak bertentangan bisnis berbasis syariah.

Jadi berandai-andai, seandainya dulu tim SyaREA World sudah dipertemukan dan dikenalkan dengan partner dan tim saya, insya Allah perusahaan saya masih eksis. Karena nilai perdebatan dalam penentuan strategi dan taktik dalam mengimplementasikan visi dan misi dalam operasional managemen usaha menjadi diskusi yg berkepanjangan.

Karena pendekatan kami dalam pemilihan pelanggan ideal atau ITM nya masih sangat konvensional. Dimana proses ‘tunnelling’-nya menjadi cara satu2nya agar terseleksi para prospek menjadi hot prospek. Yang berujung gak lebih dari 1%-3% dari jumlah yg didekati yg akhirnya deal.

Dan proses itu terasa sangat melelahkan selama 3 tahun lebih sebelum akhirnya saya mundur dari perusahaan yg saya mulai sejak awal. Meskipun partner saya terus melangkah dan akhirnya ‘loss’ hingga sebesar lebih dari Rp. 12 milyar. Kemudian ia meminta saya kembali lagi untuk memimpin perusahaan dan mengembalikan perusahaan pada arah yg seharusnya, meskipun tetap saya tolak.

OLEH KARENA ITU KALAU SAYA BOLEH MENILAI BAHWA TRAINING BECOMING MASTER IN MARKETING & SELLING ATAU BEMIMS INI BISA DIHARGAI USD 1 JUTA ATAU LEBIH DARI RP. 12 MILYAR. SEBAGAI PENGALAMAN YG HARUS SAYA LEWATI DAN BIAYA YG SAYA HABISKAN DALAM MENGEMBANGKAN USAHA SAYA.

Semoga pengalaman berharga kehilangan Satu Juta Dolar AS ini tak perlu dilalui oleh para sahabat KSW/MTR lainnya. Saya bersyukur diberikan kesempatan untuk memulai lagi sekolah kewirausahaan di KSW/MTR ini dengan aqidah dan syariah yg jauh lebih baik.

Lebih baik karena waktu itu saya sdh memiliki dan memilih partner muslim setelah menghindari ajakan pengusaha bukan pribumi dan nonmuslim yg begitu dominan dibidang IT saat itu. Kendati demikian, rupanya lemahnya pemahaman atas dasar usaha berbasis non ribawi menjadi alasan lain kenapa usaha kami tidak berjalan sama sekali dan omset jatuh dibawah pencapaian yg saya raih selama masih sendiri.

Barakallah para coaches, semoga selalu diberikan kesehatan dan semangat dalam membimbing para pengusaha muslim dan semoga saya juga bisa menemukan lagi ritme dan kepercayaan diri yg sempat ‘drop’ karena takut membuat partner saya merugi karena ketidaktahuan maupun ketidaksepakatan atas pola penetrasi market atas business yg saya kembangkan ke depan.

Fajar Asikin, Alumni PBTR & Be-MiMS

Tinggalkan komentar